Materi Fotografi yang Sering Dilupakan Fotografer Pemula
Materi Penting Untuk Fotografer Pemula
Pada saat saya sedang berkumpul dengan para anggota komunitas fotografi yang ada di kota saya, saya sering melihat banyak fotografer pemula yang mengabaikan beberapa hal pokok yang merupakan bagian dari hal-hal yang cukup penting dalam dunia fotografi. Mungkin saja hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan prinsip yang dipegaang oleh setiap orang maupun antar setiap fotografer itu sendiri. Selain itu, menurut saya fotografer pemula memiliki ketergantungan pada permainan software yang memiliki pengaruh yang sangat besar sehingga mengakibatkan banyak fotografer pemula lebih senang memanipulasi dari pada belajar untuk menghasilkan tembakan terbaiknya.
Memang hal tersebut tidaklah salah, namun sebagai fotografer pemula sebaiknya anda tidak mengabaikan kaidah serta pedoman fotografi yang telah ada sejak dulu untuk belajar menghasilkan gambar tanpa manipulasi software. Pada artikel kali ini saya mencoba menuliskan hasil pengamatan yang saya lihat pada beberapa fotografer pemula tentang hal-hal yang kerap kali diabaikan dan dilupakan oleh kebanyakan fotografer khususnya para fotografer pemula. Berikut ini saya rangkum beberapa materi yang tidak seharusnya diabaikan dan dilupakan begitu saja oleh setiap fotografer apalagi fotografer pemula :
Mencari POI atau Point of Interest
Pada kebanyakan situasi, POI atau Point of Interest ini tidak hadir begitu saja atau bahkan bisa saja terlewatkan karena kecerebohan yang dilakukan oleh fotografer itu sendiri. Betapa pentingnya POI ini sehingga POI atau Point of Interest ini diibaratkan dengan "roh" dari sebuah gambar, serta POI atau Point of Interest ini merupakan sebuah cara yang paling kuat untuk memberi deskripsi pada gambar yang Anda hasilkan. Jadi apabila setiap kali Anda melihat sebuah adegan maka anda harus membiasakan diri untuk mencari di mana letak POI atau Poin of Interest sebelum anda menembak adegan tersebut. Sedangkan cara terbaik untuk memilih Point of Interest atau yang biasa disebut POI adalah dengan memahami definisi dari dari Point of Interest itu sendiri.
Hal tersebut memang bisa menjadi sebuah pengertian yang cukup luas tergantung pada bagaimana cara fotografer mendefinisikan POI tersebut. Menurut pengmatan saya pada fotografer pemula, kebanyakan para fotografer pemula yang mengabaikan POI atau Point of Interest ini memperkuat gambar hasil jepretan mereka dengan olah digital. Hal tersebut merupakan proses belajar yang salah. Tanpa Poin of Interest atau POI, sebuah gambar bisa menjadi tidak mempunyai pesan yang ditangkap oleh penikmatnya atau saja menyebutnya multi tafsir. Hal yang perlu diingat oleh fotografer pemula bahwa fotografi itu tidak selalu tentang gambar seorang wanita cantik yang memiliki kulit yang mulus bebas flag, apalagi menggunakan software Photoshop untuk dapat mewujudkan hal itu.
Sebuah gambar wanita cantik atau gambar apapun itu akan terlihat menjadi lebih menarik apabila anda mampu mendeskripsikan wanita tersebut sebagai subjek utama pada sebuah gambar. Bahasa tubuh, Mata, dan mimik wajah bisa menjadi alat bantu untuk tujuan itu. Selain itu anda bisa menambahkan beberapa subjek atau elemen lain kedalam adegan untuk membantu menjelaskan apa yang sedang dilakukan oleh subjek utama serta dengan apa atau dengan siapa dia berinteraksi. Ini hanyalah sebuah contoh skenario dan anda bisa membuat skenario anda sendiri tergantung pada kreatifitas Anda masing-masing sebagai fotografer.
Komposisi
Sering kali para fotografer pemula menggunakan komposisi tengah, baik itu memotret portrait maupun landscape, dengan kata lain para fotografer pemula selalu menempatkan subjek terletak di tengah frame. Memang hal tersebut tidak ada yang salah dengan komposisi tengah, karena walau bagaimanapun hal tersebut merupakan bagian dari sebuah komposisi. Hanya saja apabila Anda terus menerus melakukan hal itu artinya anda memiliki cara pandang yang monoton dan tidak akan ada peningkatan pada skill fotografi anda. Skill atau kemampuan dalam dunia fotografi tidak selalu tentang tingkat kemahiran anda dalam menggunakan kamera. Oleh sebab itu, sebaiknya anda melakukan beberapa inovasi dan mengembangkan bagaimana cara menyusun komposisi gambar supaya gambar menjadi lebih kuat, dan menarik, serta unik.
Para fotografer profesional telah menunjukan cara mereka untuk menyusun komposisi, dan kemudian hal tersebut menjadi sebuah referensi turun menurun yang diadopsi sampai saat ini. Tentu saja dalam mengingat semua pedoman komposisi secara bersamaan memang merupakan hal yang cukup sulit. Namun, salah satu tips komposisi yang bisa anda coba ialah memilih komposisi mana yang paling menarik menurut anda dan komposisi mana yang anda dan kemudian mempraktekan komposisi yang anda pilih tersebut satu persatu di lapangan. Anda tidak perlu memulainya dengan bagian yang rumit, namun anda bisa memulai membiasakan diri dengan tidak terpeku menempatkan subjek di tengah frame saja dan anda bisa menggunakan Rule of Thirds. Selain itu juga anda harus mencari tahu apa saja pengaruhnya apabila subjek di posisikan pada posisi kanan, kiri, atas, dan bawah frame. Kemudian selain itu, anda juga harus mempelajari juga beberapa materi lain yang memiliki kaitan dengan komposisi yaitu angle atau sudut pengambilan gambar.
Menerapkan Type of Shot atau Teknik Pengambilan Gambar
Type of Shot atau yang biasa disebut Teknik pengambilan gambar memiliki tingkat yang sama pentingnya dengan angle. Tidak sedikit juga fotografer pemula yang cereboh dalam mengatur frame dan salah dalam membingkai objek. Hal ini sering terjadi ketika para fotografer pemula menembak dengan posisi portrait, fotografer pemula tidak memperhatikan adanya bagian penting yang hilang dari subjek karena terpotong oleh frame, atau hal ini bisa disebabkan oleh salah memotong bagian dari subjek. Contoh kasus kesalahan yang sering dilakukan oleh fotografer pemula adalah saat memotret pose orang dalam posisi berdiri yang dipotong pada bagian pergelangan kaki, seharusnya fotografer bisa memilih teknik pengambilan gambar atau Type of Shot yang bisa mengekspos seluruh bagian tubuh subjek, atau juga dapat memotong frame dengan cara menerapkan medium shot atau close up.
Memang di dunia fotografi ada beberapa teknik pengambilan gambar yang akan memotong bagian subjek, akantetapi dengan menggunakan cara yang benar dan tanpa meninggalkan estetika. Bukan berarti Anda bisa memotong frame seenaknya, kecuali ketika anda dihadapkan pada situasi yang tidak memungkinkan. Mungkin karena menghindari terpotongnya beberapa bagian pada subjek sehingga menyebabkan banyak fotografer pemula cenderung lebih menempatkan subjek tepat di posisi tengah sebagai komposisi yang aman. Hal tersebut memang menjadi sebuah alasan fotografer pemula daripada harus memotret tanpa etika. Untuk poin Type of Shot ini, fotografer pemula hanya perlu mengingat jenis jenis type of shot. Type of Shot ini tidak ada pendalaman khusus seperti rumitnya menguasai teknik komposisi, dan sebenarnya Type of Shot ini merupakan bagian dari teknik menyusun komposisi.
Memilih Mode Metering yang Tepat
Pada poin keempat ini saya akan sedikit menyinggung pada beberapa bagian teknis kamera. Yang menjadi sebuah perhatian utama seorang fotografer adalah cahaya. Hal ini memang memiliki kaitan yang erat dengan eksposur. apabila selama ini kita belajar memahami shutter speed, aperture, dan ISO atau segitiga eksposur agar kita mampu menghasilkan sebuah pencahayaan yang baik atau normal exposure, akan tetapi banyak fotografer yang melupakan peran fungsi dari metering kamera. Metering yang mempunyai tugas atau mengukur cahaya pada subjek atau objek, yang menjadi tolak ukur sehingga kita bisa menentukan berapa nilai ideal untuk masing masing aperture, dan shutter speed, serta ISO.
Apabila anda tidak memahami bagaimana cara kerja metering, sehingga hal tersebut akan menimbulkan kekeliruan dalam memilih mode metering, dan kesalahan dalam memilih mode metering tersebut akan membuat anda kebingungan karena pencahayaan tidak merata pada seluruh adegan. Biasanya kesalahan dalam memilih mode metering ini disebabkan oleh sejak awal para fotografer pemula tidak mengetahui bagaimana cara kerja matering tersebut atau bisa jadi karena disebabkan karena seringnya mengabaikan untuk memilih mode metering yang tepat, karena para fotografer pemula menganggap bahwa matering ini tidak signifikan. Padahal dengan menggunakan mode metering yang tepat akan sangat membantu anda untuk dapat menghasilkan pencahayaan yang baik pada bagian gambar yang diprioritaskan.
Memang mustahil mendapatkan tingkat pencahayaan yang merata serta stabil apalagi pada kondisi pencahayaan yang cukup rumit. Misalnya pada posisi backlight, sudah pasti anda akan dihadapkan pada dua konsekuensi yaitu over dan under, apalagi kamera memiliki sebuah keterbatasan akan hal tersebut. Tetapi setidaknya anda memiliki sebuah solusi untuk mengatasi satu bagian dari bagian lainnya dalam sebuah adegan. Jadi apabila anda memotret seseorang dengan posisi backlight, maka anda harus mampu menyelesaikan permasalahan pencahayaan pada area subjek. Pada saat itulah kemampuan memilih mode metering yang anda miliki akan diuji. Hal tersebut hanya merupaka salah satu contoh kasus, bagaimana jika anda menghadapi kondisi pencahayaan yang rumit lainnya...?
Mungkin saja hal semacam itu tidak lagi penting pada saat ini karena kasus tersebut mudah diselesaikan saat step post processing. Itulah yang menjadi kesalahan fotografer pemula pada zaman sekarang yang enggan untuk belajar dan lebih memilih mengandalkan software. Apabila seorang fotografer memiliki prinsip software adalah alternatif atau alat bantu saya yakin anda tidak akan bisa mengikuti kompetisi fotografi yang pada umumnya memiliki peraturan yang membatasi olah digital.
Memang ada banyak yang membahas tentang pengetahuan fotografi, tapi empat materi di ataslah yang paling sering dilupakan dan diabaikan oleh para fotografer pemula, dan mungkin dengan seiring berkembangnya software fotografi yang akan membuat fotografer pemula enggan untuk mempelajari teknik fotografer yang sudah diturunkan oleh fotografer profesional akan membuat bertambahnya materi yang akan dilupakan atau diabaikan oleh fotografer pemula. Apabila fotografer pemula yang mengabaikan materi diatas salah satunya adalah anda maka bisa disimpulkan bahwa anda tidak lagi mengikuti pedoman fotografi.
Saya sarankan jangan hanya bertumpu pada olah digital atau software. Memang, sebuah gambar yang melibatkan olahan software atau olah digital akan tetap terlihat sebagai produk fotografi apabila anda mengikuti pedoman dan kaidah fotografi yang sebenarnya. Anda harus teta mengingat esensi fotografi. Apabila anda mempunyai pendapat bahwa manipulasi dengan menggunakan sebuah software terlihat jauh lebih baik, sebaiknya anda menententukan tempat anda sendiri, apakan anda berada dibidang digital art ataukah bidang fotografi. Saya berharap apa yang saya tulis ini dijadikan sebuah pengingat untuk kita semua terutama untuk para junior saya dan termasuk untuk diri saya sendiri supaya kita bisa dan mampu untuk menjadi seorang fotografer yang memiliki skill, pengetahuan dan teknik lebih baik lagi yang mengedapankan esensi fotografi yang sebenarnya.
Comments
Post a Comment